Gedung PTPN XI Surabaya |
Ada empat PTPN yang berlokasi di Surabaya: PTPN VIII (karet), PTPN X (tembakau), PTPN XI (gula) dan PTPN XII (kopi dan teh). Sama seperti gedung PTPN lainnya, gedung PTPN XI yang ada di Surabaya hanyalah kantor saja, sementara pabriknya tersebar di kota-kota lain di Jawa Timur.
Sejarah PTPN XI
Gedung PTPN XI merupakan salah satu bangunan bersejarah yang berada di Surabaya, dengan kondisi yang masih terawat dengan baik. Gedung yang berlokasi di Jalan Merak 1 Surabaya ini dibangun setelah pembongkaran gedung pertunjukan (Schonwburg) yang terus merugi.
Gedung yang mulai dibangun pada tahun 1911 ini merupakan karya pertama dari 3 arsitek terkenal dari Batavia yaitu Hulswit, Fermont, dan Ed. Cuypers. Walaupun telah selesai pada tahun 1921, gedung ini baru diresmikan pada tanggal 18 April 1924.
Arsitek gedung PTPN XI Surabaya |
Gedung ini dulunya adalah milik HVA (Handels Vereeniging Amsterdam—Asosiasi Pedagang Amsterdam). Di Belanda sendiri, HVA telah berdiri sejak tahun 1879 dan bergerak di bidang impor hasil pertanian serta budidaya tebu, kopi, dan singkong.
Dari gedung inilah, gula-gula dikendalikan untuk kemudian diekspor ke luar negeri. Secara keseluruhan ada 167 pabrik gula yang dikendalikan oleh HVA yang menghasilkan delapan juta ton gula per tahun. Hal inilah yang membuat Belanda dikenal sebagai penghasil gula nomor dua dunia di dunia pada tahun 1930-an. Di Jawa Timur sendiri ada sekitar 17 pabrik gula yang dikendalikan, yaitu Soedhono (Ngawi), Purwodadi (Magetan), Rejosari (Magetan), Pagottan (Madiun), Kedawung (Pasuruan), Kanigoro (Madiun), Pajarakan (Probolinggo), Gending (Probolinggo), Jatiroto (Lumajang), Semboro (Jember), Wonolangan (Probolinggo), De Maas (Situbondo), Wringin Anom (Situbondo), Panji (Situbondo), Asembagus (Situbondo), dan Prajekan (Bondowoso).
Gedung ini sempat digunakan sebagai tempat perundingan antara Kolonel Pugh (utusan Jendral Mallaby) dari pihak sekutu dengan Dr Moestopo dari pihak Indonesia yang bertujuan untuk mendamaikan kedua belah pihak. Sebelumnya, yaitu pada tanggal 30 September 1945 sampai 1 Oktober 1945, gedung ini dijadikan gudang senjata Angkatan Darat Jepang di Jawa Timur di bawah pimpinan Mayor Jenderal Iwabe. Gedung ini berhasil dikuasai dan dijadikan markas Comando Militer Djawa Timur (CMDT) dan Kementerian Pertahanan di bawah pimpinan Dr. Moestopo.
Pemerintah menasionalisasi gedung ini pada tahun 1958 untuk ditempati Perusahan Perkebunan Negara (PPN). PPN kemudian berubah nama menjadi PTPN dan gedung ini dipakai oleh PTPN XXIV. Yang terakhir, gedung ini berganti nama menjadi PTPN XI yang merupakan hasil peleburan PT Perkebunan XX dan PT Perkebunan XXIV-XXV.
Arsitektur Gedung PTPN XI
Gedung PTPN XI Surabaya ini mengusung gaya art-deco yang digabungkan dengan unsur tradisional, seperti pemakaian meja dan kayu dari jati. Unsur jawa bisa ditemukan pada dinding, tangga, pintu masuk dan galeri di lantai 2.
Arsitektur gedung PTPN XI Surabaya |
Unsur lokal juga bisa dilihat dari arsitektur bangunan yang dipengaruhi arsitektur candi, khususnya pada bagian kapital kolom dan plengkung yang disangga berderet mengelilingi bangunan dari lantai satu hingga ke lantai dua. Ruangan dan penyangga tersebut disela dengan koridor yang berfungsi untuk mengurangi paparan sinar matahari secara langsung. Selain budaya lokal, dekorasinya juga terpengaruh budaya India, seperti penggunaan detil dan molding pada kolom-kolom yang dihias sulur-sulur seperti hiasan pada candi.
Gedung PTPN XI Surabaya |
Eksterior gedung PTPN XI Surabaya |
Pada bagian atas bangunan terdapat hiasan jam dinding, di atas tulisan “PT PERKEBUNAN NUSANTARA (XI) PERSERO”.
Eksterior gedung PTPN XI Surabaya |
Gedung yang coklat kemerahan ini diperindah dengan hamparan rumput hijau di bagian depan dengan pohon-pohon palemnya yang rindang.
Taman gedung PTPN XI Surabaya |
Gedung ini sangat unik karena terbagi menjadi tiga bagian. Pembaginya adalah retakan selebar kurang lebih 3 cm yang berfungsi sebagai sistem keamanan. Dulu, tanah di tempat bangunan tersebut didirikan merupakan tanah rawan yang memungkinkan bangunan bergeser. Oleh karena itu, dibuatlah retakan seperti itu pada bangunannya untuk mengurangi pergeseran. Kalau ada pergeseran, bangunan tetap berdiri dengan saling menyangga antara satu bangunan dengan yang lain. Jadi, meskipun terjadi pergeseran, bangunan akan tetap bisa berdiri kokoh. Retakan ini memanjang dari depan ke belakang dan atas ke bawah.
Retakan gedung PTPN XI Surabaya sebagai sistem keamanan |
Masih di bagian luar bangunan, kita akan melihat fondasi tinggi yang memiliki angin-angin. Angin-angin ini berfungsi sebagai jalan udara karena pada jaman dahulu, di bawah bangunan ini terdapat penjara bawah tanah serta lorong bawah tanah yang terhubung dengan Polrestabes.
Angin-angin atau ventilasi pondasi gedung PTPN XI Surabaya |
Bagian bawah tanah ini sekarang digunakan sebagai ruang arsip. Pintu menuju ruang bawah tanah ini ada di sebelah kiri dari pintu utama.
Pintu menuju ruang bawah tanah gedung PTPN XI Surabaya |
Bangunan ini berbentuk simetris dengan bagian sayap kiri dan kanan. Gedung dua lantai ini berdiri di atas lahan seluas 1,6 hektar. Luas bangunan utamanya adalah 2.016 m2 sedangkan luas bangunan penunjangnya sekitar 4.126 m2.
Bangunan ini merupakan salah satu bangunan terbesar pada jamannya dan kabarnya menghabiskan sekitar 3000 m3 beton. Material seperti kaca, besi dan pegangan tangga didatangkan langsung dari Belanda dan Itali. Pada bagian depan kita bisa melihat delapan pilar kokoh yang terawat dengan baik. Dan yang lebih mencengangkan, gedung ini belum pernah direnovasi sampai sekarang.
Ketika memasuki ruangan, kita akan disambut aula yang luas dengan anak tangga marmer putih megah dari Belgia, yang memanjang hingga ke koridor. Bangunan ini memiliki langit-langit yang tinggi khas bangunan Belanda. Hiasan detail plafon diimpor dari Belanda, sedangkan panel-panel plafon terbuat dari kayu jati buatan lokal. Keseluruhan pintu di bangunan ini terbuat dari kayu yang kokoh.
Di lantai pertama, kita akan bisa menjumpai detil-detil yang masih terawat dengan baik. , seperti barister logam keemasan dan panil-panil porselen karya J.C. Schultsz “De Porceleyne Fles Delft” yang berwarna kuning gelap. Setiap ruangan memiliki jendela model kupu tarung berukuran 137cm x 282cm, dengan kaca patri yang cocok untuk iklim tropis dengan intensitas mataharinya yang tinggi.
Di lantai dua, kita akan menemukan relief petani di bagian atas dinding yang menggambarkan proses petani menanam karet, tebu, lada, teh, sampai proses pengangkutan gula.
Di lantai dua ini terdapat pula meja dan kursi dari kayu jati. Jika kita melihat lebih detail, di salah satu kursi panjang dengan 3 tempat duduk terdapat 3 lambang yang berbeda di bagian sandarannya: lambang Kota Surabaya, HVA, dan Kota Amsterdam.
WAKTU OPERASIONAL
Senin - Jumat
Jika membutuhkan pemandu yang akan menceritakan sedikit sejarah gedung PTPN XI ini, kamu bisa mengikuti tur dari Surabaya Heritage Track (untuk info lebih jelas bisa dilihat langsung di website resmi mereka).
TIKET MASUK
-
CARA MENUJU GEDUNG PTPN XI
1. Terminal Bungurasih
- Naik Damri jurusan Tanjung Perak, turun di Jl. Rajawali lalu naik becak atau jalan kaki ke Jalan Merak.
2. Terminal Joyoboyo
- Naik lyn M, turun di Jl. Rajawali lalu naik becak atau jalan kaki ke Jalan Merak.
3. Terminal Bratang
- Naik lyn UBB, turun di Jl. Rajawali lalu naik becak atau jalan kaki ke Jalan Merak.
- Naik lyn N, turun di Jembatan Merah lalu naik becak atau jalan kaki ke Jalan Merak.
Peta Lokasi Gedung PTPN XI
ALAMAT GEDUNG PTPN XI
Jl. Merak 1, Surabaya
Sumber:
- jalan2.com
- kebudayaanindonesia.net
- Liputan dan Wawancara oleh Tim Inilah Surabaya!
- www.eastjava.com
Recomended banget tempat ini , dan kalian wajib tau bahwa ada berjuta hal menarik yang bisa kalian dapatkan jika mengunjungi tempat ini , kalian juga bisa belajar banyak mengenai sejarah tempat ini, aku aja bangga bisa mengunjungi tempat se keren ini , Thanks PTPN XI Surabaya
ReplyDelete